Minggu, 20 Desember 2015

Duka Arema Dipenghujung tahun 2015

Tragedi Di Sragen
Kabar terbaru dari Sragen menyebutkan ada dua Aremania yang meninggal akibat dikeroyok oknum suporter Bonekmania.
Rombongan suporter Aremania itu akan menyaksikan langsung tim kesayangannya, Arema melawan Surabaya United, di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Sabtu (19/12/2015) malam.
Terjadi kerusuhan antarsuporter itu di dua lokasi di Sragen. Dalam bentrok suporter Bonekmania dengan suporter Aremania itu, dua orang dikabarkan tewas.
Pada Sabtu (19/12/2015) pagi, rusuh antarsuporter tersebut terjadi di dua lokasi, yaitu SPBU Jatisumo, Sambungmacan dan Nglorok, Sragen.
Sekitar pukul 04.30 WIB pagi, di SPBU Jatisumo, satu rombongan suporter Malang menuju Sleman dengan bus pariwisata, berisi 34 orang (termasuk satu sopir dan satu kernet). Saat itu, tiba-tiba diserang rombongan Bonekmania sebanyak empat truk.
Ratusan Bonekmania itu langsung melempari batu ke arah bus suporter Arema. Satu orang suporter Arema, atas nama Eko Prasetyo (30) ditarik keluar bus dan dipukuli dengan batu. Korban pun tewas di tempat kejadian.


Sementara itu, sekitar pukul 05.00 WIB, terjadi pula kericuhan di Nglorok, Sragen. Satu rombongan dalam mobil berisi tujuh orang, termasuk sopir, digeruduk empat truk berisi rombongan Bonekmania. Semua rombongan Aremania berlari tunggang langgang menghindari serangan Bonekmania.
Namun sang sopir, atas nama Slamet, ditarik Bonekmania dan dihajar dengan kayu bambu. Saat itu, Slamet mengenakan kaus Arema. Slamet memang tak meninggal dilokasi kejadian, Ia sempat dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sragen. Sayang, dalam perjalanan menuju rumah sakit, nyama Slamet tak bisa diselamatkan.

     Dari serangan Brutal itu polisipun  Polisi menetapkan 33 tersangka suporter sepak bola Persebaya United alias bonek


yang terlibat bentrok dengan suporter Arema Cronus alias Aremania di Sragen, subuh kemarin. Dalam insiden ini, dua Aremania tewas di dua tempat berbeda.

Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan menjalani proses penyelidikan selanjutnya, sebanyak 33 suporter bonek yang jadi tersangka dipindahkan dari Mapolres Sragen ke Mapolda Jawa Tengah di Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Jawa Tengah.

Mereka dipindah dengan pengawalan ketat anggota Brimob berseragam dan bersenjata lengkap diberangkatkan dari Mapolres Sragen sekitar Pukul 20.00 WIB. Kemudian setelah diangkut dengan dua truk Dalmas, mereka tiba di Halaman Direskrimum Polda Jateng sekitar Pukul 23.00 WIB malam tadi.

"Ada sebanyak 33 tersangka yang merupakan tersangka kasus pengerusakan dan penganiayaan yang menyebabkan dua korban meninggal di dua TKP terpisah. Yaitu di TKP SPBU dan TKP tempat tambal ban," ungkap Kanit I Jatanras, Direskrium Polda Jateng Agus Puryadi kepada merdeka.com Sabtu (19/12) malam tadi.

Selain membawa 33 tersangka tersebut, petugas juga mengamankan beberapa barang bukti berupa sebilah parang, sebilah pisau, ketapel, batu, ban mobil beserta velgnya.

"Mereka diamankan langsung usai kejadian di TKP oleh petugas gabungan Polres Sragen dengan di back up oleh anggota Direskrium Polda Jateng," ungkap Agus Puryadi.

Dari 33 tersangka suporter bonek tersebut, terdiri dari 17 tersangka terkait kejadian di TKP SPBU dan 16 tersangka terkait di TKP tempat tambal ban yang terjadi sekitar Pukul 04.14 WIB.

Wadireskrimum Polda Jateng AKBP Daddy Hartadi disela-sela pemeriksaan mengungkapkan selain menewaskan dua orang korban suporter Aremania, akibat ulah 33 suporter bonek tersebut juga mengakibatkan tujuh orang luka dan empat kendaraan rusak.

"Saat ini kita, Polres Sragen diback up Polda Jateng Direskrimum yang melakukan pemeriksaan. Mereka akan dikenai pasal pengeroyokan dan penganiayaan yang mengakibatkan korban meniggal dunia. Ada sebanyak 33 orang diamankan. Korban dua orang meninggal, tujuh luka. Kendaraan rusak sebanyak empat," ungkapnya.

Daddy menyatakan besar kemungkinan secara teknis, mereka akan menjalani selama proses penyelidikan dalam dua berkas. Yaitu satu berkas dengan TKP di SPBU dan satu berkas lagi dengan TKP di Tempat Tambal Ban.


"Itu secara teknisnya," ungkapnya.

Dari pantauan merdeka.com, mereka dikumpulkan di halaman Direskrimum Polda Jateng di Mapolda Jateng Jalan Pahlawan, Kota Semarang, Jawa Tengah. Usai diturunkan dari dua unit mobil Dalmas, dengan pengawalan ketat anggota Brimob Polda Jateng bersenjata lengkap, mereka satu persatu didata dan dikonfrontir terkait dua TKP terjadinya pengerusakan dan penganiayaan atau pengeroyokan.

Kemudian mereka dipisahkan dalam dua kelompok tersangka. Sebanyak 17 tersangka adalah pelaku pengeroyokan di TKP SPBU dan tersangka pelaku pengeroyokan di TKP tempat tambal ban. Mereka kemudian dimasukkan ke dalam ruang penyidik untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Sebelumnya, Dua suporter Arema Cronus Malang tewas dikeroyok pendukung Surabaya United di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Sabtu pagi, saat kedua rombongan berpapasan ketika sama-sama hendak menuju lokasi babak delapan besar Piala Jenderal Sudirman di Sleman, Yogyakarta.

Menurut Kapolres, peristiwa kerusuhan dua suporter tersebut terjadi di SPBU Jatisumo Ngampal Sragen dan bengkel batas kota Nglorok Sragen, Sabtu sekitar Pukul 04.15 WIB.

Korban tewas bernama Eko Prasetyo alias Jum (35) warga Desa Sebaluh, Pujon, Batu, Malang. Korban tewas dengan luka parah di bagian kepala akibat dipukul dengan batu paving.

Korban lainnya, Slamet (24) warga Pohgajeh, RT 4, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar. Korban tewas setelah ditusuk senjata tajam. Akibat aksi tersebut, sejumlah 431 bonek ditahan di Polres Sragen.

Selain itu, polisi menyita senjumlah barang dari tangan suporter, seperti senjata tajam, celurit, samurai, ruyung, gir, dan katapel.

Senin, 04 Juni 2012

Kisah Panjul Aremania Sejati

Malang-Surya
Panjul Aremania, Sekali Pamit Untuk Selamanya

Edvin Januar Idmawan alias Panjul adalah satu dari sekian banyak Aremania fanatik. Remaja 17 tahun itu berangkat ke Solo, kota yang membawa kematiannya, berbekal uang Rp 150.000 yang didapat dari menjual sepatu dan baju Lebarannya.Heri Wahyudi, 38, dan Suprapti,40, masih berduka. Suami istri warga Jl Muharto ini baru saja ditinggal putra mereka, Edwin Januari Ikhmawan alias Panjul yang tewas dalam perjalanan membela tim Arema yang bertanding di Solo, Minggu (21/10).Kemarin, Heri mengenakan baju khas Aremania, kemeja biru bergambar singa mengaum. Baju itu seolah untuk menunjukkan ketegarannya menerima takdir. Sedang Suprapti lebih banyak menangis. Air matanya terus tumpah ketika menerima para pentakziah, Senin (22/10).Dalam percakapan dengan Surya, Heri mengakui kematian anaknya itu membuatnya kembali teringat pada mimpi beberapa hari sebelumnya. Ia pun menganggap mimpi itu sebagai firasat. Dalam mimpi itu, ia didatangi sang ayah yang telah meninggal. Sang ayah datang bersama Panjul. “Saya lalu menceritakan mimpi tersebut kepada istri. Tapi saya tidak bilang, kalau yang bersama ayah saya itu Panjul,” ujarnya, Senin (22/10).Dua hari sebelum peristiwa terjadi, Heri kembali bermimpi yang diyakininya menjadi pertanda kematian putranya. Heri bermimpi dikirimi dua jenazah yang tidak jelas siapa identitasnya. Sang istri yang kala itu diberitahu mimpinya, hanya menganggap sebagai bunga tidur saja. “Istri saya saat itu takut berpikiran yang aneh-aneh. Sebab mimpi itu saya ceritakan saat hendak berangkat narik bus,” ungkapnya.Sementara itu Suprapti sempat merasakan keanehan saat anaknya tersebut hendak berangkat ke Solo. Biasanya, Panjul tidak pernah pamit apabila mau bepergian ke mana pun, termasuk saat membela tim kesayangannya @rema. “Siang itu, kok tumben-tumbennya anak saya pamitan akan berangkat ke Solo,” ucapnya. Waktu itu, tentu saja, Suprapti tidak menyangka itu pamitan pertama sekaligus yang terakhir.Perempuan berwajah bulat itu menuturkan, Panjul nyaris tidak pernah melewatkan laga Arema, di mana pun.

Selama laga berlangsung di Pulau Jawa dan Bali, aktivis Gerakan Sadar Anti Narkoba (Gesank) itu selalu hadir. “Akibat tidak mau merepotkan orang tua, dia biasa menjual burung, pakaian, sepatu atau apa saja yang dia punya untuk bisa menyaksikan pertandingan Arema,” ujar Suprapti.Demikian juga ketika berangkat ke Solo, putranya yang dikenal pendiam itu, ketika pagi sudah menjual sepatu dan pakaian lebarannya, agar bisa menyaksikan pertandingan Arema. Heri mengakui, kegemaran Panjul itu tidak lepas dari pengaruhnya. Heri lah yang menularkan kecintaan pada Arema itu kepada sang anak. Hanya karena saat Arema bertanding ke Solo, dia sedang bertugas menjadi sopir di bus Bagong Kepanjen, dia tidak ikut serta untuk menyaksikan laga away itu. “Saya berharap Edwin, merupakan korban terakhir,, selama ini sudah terlalu banyak korban berjatuhan akibat lalai ketika mendukung tim kesayangan,” ujar Heri. Sebagai orang tua korban, Heri berterimakasih atas dukungan berbagai pihak yang ikut peduli akan musibah yang dia alami.

Mulai dari Manajemen Arema, Wali Kota, DPRD, para pejabat dan Aremania maupun masyarakat umum yang tidak bisa dia sebutkan satu persatu.Seperti terlihat pada Senin (22/10) kemarin, pukul 11.00 WIB, Aries Pudjangkoro dan Mohan Katelu anggota Komisi C DPRD Kota Malang datang. Dua politisi yang akan berpasangan dalam pilwali Kota Malang itu menyumbangkan dana Rp 2,5 juta sebagai pengganti biaya mobil ambulans untuk mengangkut Panjul dari Sragen. “Ini sekadar solidaritas sebagai warga Malang, karena Panjul merupakan pejuang Arema sejati. Semoga beban keluarga dapat terkurangi,” ujar Aries.Sekitar satu jam setelahnya, rombongan Wali Kota Malang Peni Suparto dan wakilnya Bambang Priyo Utomo datang ke rumah itu. Dalam kesempatan itu Peni juga memberikan santunan. “Semoga almarhum diterima disisi-Nya secara layak. Dan bagi keluarga yang ditinggalkan mendapatkan kekuatan dan ketabahan,” ucapnya.Peni juga mengimbau kepada seluruh Aremania untuk berhati-hati apabila tengah mengadakan kegiatan. Sebab kejadian seperti ini bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya juga sempat terjadi beberapa kali peristiwa yang menelan korban Aremania.Pamit pertama dan terakhir kaliBeda dengan sehari sebelumnya yang masih shock ketika mengetahui anaknya meninggal dunia, akibat jatuh dari Kereta Api, ketika akan menyaksikan pertandingan Arema melawan Persis Solo, Minggu (21/10). Ibunda dari Edwin Januari Ikmawan, Ny Suprapti, tampak lebih tegar, ketika menerima kedatangan para pentakziah di rumahnya, Jl Muharto Gg 7 Kecamatan Kedung Kandang.Sebelum meninggal dunia, Edwin telah memperlihatkan tanda-tanda diluar kebiasaan selama ini. Jika selama ini, setiap kali mengikuti tur Arema di berbagai daerah yang ada di Jawa dan Bali, dia tidak pernah pamit.

Ketika berangkat ke Solo itu, putra nomor dua dari lima bersaudara pasangan Heri Wahyudi dan Suprapti itu untuk pertama kali dan terakhir, pamit mau menyaksikan pertandingan Arema kepada kedua orang tua.“Saya tidak menyangka sekali, kalau pamit Edwin sebelum berangkat ke Solo merupakan yang terakhir untuk kedua orang tuanya,” jelas Suprapti kepada Surya, Senin (22/10). (st5)/Denny RB/Cahyo N/Anas B
Suka
Be the first to like this post.

diambil dari;arek terminal pandaan